Oleh Muhammad Ridha
Segera setelah perkembangan pesat penerjemahan, penulisan buku-buku dan semua pembentukan suatu ekosistem sains dan filsafat yang demikian maju, system politik dan ekonomi mulai mendapatkan hasil-hasil dari pertautan semua hal di atas. Pengetahuan, hasrat atas pengetahuan, penyediaan pengetahuan melalui penerjemahan, penyiapan perpustakaan dan iklim pasar buku bagi penjual buku, penghormatan atas sains dan temuan-temuannya: bercampur baur menjadi syarat bagi tumbuhnya manfaat yang dapat dipetik dari relasi resiprokal dari semua itu. Buku-buku paling cemerlang di bidang yang bermacam-macam, teknologi praktis, terobosan ilmu kedokteran dan tindakan medis serta layanan kesehatan, dan yang lain-lain lagi.“Mereka (Eropa) mengklaim bahwa hukum bandul jam ditemukan oleh Galileo. Akan tetapi, Ibnu Yunus telah mengupasnya lebih dahulu daripada Galileo, karena para astronom Arab telah menggunakan bandul jam untuk menghitung tenggang masa di antara neraca”
David Eugene Smith
Dunia kehidupan kaum muslim atau wilayah-wilayah yang dikuasai kaum muslim, penduduknya hidup dengan capaian-capaian sains, adab, filsafat dan pemikiran teknis lainnya. Dipenuhi pertimbangan-pertimbangan yang bersadar pada buku-buku yang telah ditulis dan diulas oleh para ilmuan. Karenanya praktik-praktik yang dihasilkan seperti menunjukkan hasil dari proses revolusi sains tersebut.
Untuk bidang kedokteran, masyarakat di kota-kota Islam telah bisa menikmati hasil akhir dari teori-teori bidang medis dan farmakologi Islam atau teknis-teknis cara menangani pasien, cara mengobati, penempatannya dalam ruang, dan fasilitas yang disiapkan apa di rumah sakit-rumah sakit yang telah hadir. “Rumah sakit-rumah sakit, termasuk untuk menampung begitu banyak sarjana bidang kedokteran di era tersebut dan untuk merawat orang sakit, telah berdiri di kota-kota besar Islam. Di antara yang paling mahsyur adalah rumah sakit Al-Adhudi yang berada di kota Bagdad dan didirikan tahun 981 M oleh Adhdu Daulah Ibnu Buwaih Al-Adhudi, rumah sakit An-Nuri di Damaskus yang didirikan tahun 1154 M oleh sultan Adil Nuruddin Mahmud; Rumah Sakit Marrakisy yang didirikan pada tahun 1184-1199 masa pemerintahan Al-Mansyur Abu Yusuf dari daulah Muwaahidun di Magrib; dan rumah sakit Al-Mansyuri Al-Kabir di Kairo yang didirikan tahun 1284 M oleh raja Al-Mansyur Saifuddin Qalawun.”[1] Daya tampung rumah sakit terakhir ini, menurut catatan Raghib As-Sirjani, bisa mengobati empat ribu pasien dalam sehari.[2]
“Bahkan, rumah sakit-rumah sakit tersebut bukan sekedar tempat pengobatan, akan tetapi juga membuka fakultas-fakultas kedokteran dengan kualitas terbaik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Seorang dokter spesialis pada pagi hari biasanya mengunjungi pasien-pasien. Dalam hal ini dia diserta oleh para dokter muda yang sedang belajar praktik. Sang dokter spesialis mengajari mereka, mendata pemeriksaan-pemeriksaannya dan membuat resep. Sementara para dokter mud aitu memperhatikannya dengan seksama dan mempelajarinya. Rumah sakit-rumah sakit Islam juga memiliki perpustakaan besar yang memuat jumlah besar dari buku-buku yang berkaitan dengan kedokteran, obat-obatan, ilmu bedah, fungsi-fungsi anggota tabuh selain ilmu fikih yang berkaitan dengan kedokteran dan ilmu-ilmu lainnya. Sebagai contoh perpustakaan rumah sakit Ibnu Thulun di Kairo memuat lebih dari seratus ribu buku”.[3] Demikian gambaran mengenai fungsi rumah sakit, praktik dokter dan pengajaran dirumah sakit dan besarnya jumlah buku di perpustakaan rumah sakit. Angka-angka ini Nampak terlalu besar tapi taka da sumber yang jelas ditunjukkan oleh Raghib sehingga angka tersebut menjadi sekedar klaim saja, meski garis besar bahwa rumah sakit pertama yang modern di dunia pertama-tama dibuat di dunia Islam telah cukup banyak dikutip.
Dalam ilmu astronomi, dunia Islam juga mengalami kemajuan amat pesat sejak penerjemahan-penerjemahan karya Yunani, Persia dan India. “Pada abad ke-9 M beberapa astrolog Islam terkemuka naik ke atas pentas. Bagian awal abad ini didominasi oleh Habashi al-Hasib; di bawah pimpinannya tabel-tabel Ma’mun disusun; Al-Khawarismi, yang juga mewarisi tabel atronomi penting di samping tulisannya yang penting tentang matematika; dan Abu Ma’syar. Tokoh terakhir ini ialah astrolog muslim yang sering dikutip di barat, karyanya Pengantar Besar Astrologi diterjemahkan ke Bahasa latin dan dicetak berulangkali”.[4] Abad ke 11 dianggap sebagai puncak pencapaian dari ilmu astronomi Islam. Sebagaimana Nasr menunjukkan: “Abad ke-5 H/11 M, yang merupakan puncak aktivitas sains Islam, juga menyaksikan aktivitas beberapa astronom penting, termasuk Al-Biruni, yang karena penentuannya mengenai latitude dan longitude, pengukuran geodesi dan beberapa kalkulasi astronomi utama, menjadikannya tergolong tokoh terkemuka dalam bidang ini. Ibnu Yunus, astronom di istana Fatimiyah di Kairo menyelesaikan Sij-nya (tabel Hakimiyah) pada tahun 1007 M dan dengan demikian memberikan saham yang bertahan lama kepada astronomi Islam. Tabel ini, di mana banyak konstanta diukur Kembali dengan akurat, tergolong tabel paling teliti yang pernah disusun selama periode Islam.”[5]
Dengan ilmu atronomi, matematika dan geografi yang berkembang di dunia Islam, masalah-masalah teknis mengenai kehidupan seperti penanggalan, tahun-tahun, arah kiblat, dan pengukuran-pengukuran jarak bumi dengan planet-planet lain atau jarak satu tempat ke tempat lainnya, atau jumlah keliling bumi atau gambar awal peta bumi telah dihasilkan oleh para ilmuwan matematika, geografi atau astronomi.
Ada juga astronom terkenal Islam, Umar Kayyam yang menetap di Samarkand tapi kemudian berpindah-pindah kota seturut pindahnya ibukota kesultanan Seljuk. Dia tinggal di Isfahan beberapa tahun dan menjadi penanggungjawab observatorium di sana. Ketika ibukota kesultanan pindah ke Merv di Khurasan, dia juga harus pindah ke Khurasan. Salah satu karya terbaik yang dihasilkannya adalah buku Demonstration of Problems of Algebra yang oleg John Freely disebut sebagai “puncak riset Islam bidang matematika” yang melampaui Al-Khawarismi dengan memasukkan persamaan kubus.[6]Kayyam bekerja di Merv Bersama Al-Khazini. Dalam esainya mengenai aljabar, Umar Kayyam menggunakan baik metode aritmatika maupun geometri untuk menyelesaikan persamaan kuadrat, menggunakan skema kerucut yang saling bersinggungan untuk menyelesaikan persamaan kubik, suatu pendekatan yang pertama kali dilakukan Arcimedes dan kemudian oleh Ibnu Haytham. Umar Kayyam juga orang pertama yang melihat ekivalen dari aljabar dan geometri, yang pada akhirnya ditetapkan oleh Descartes di abad ketujuhbelas.
Tesis matematika lainnya yang ditulis oleh Kayyam yang juga penting ada dalam bukunya Commentary on the Difficulties of Certain Postulates of Euclid’s Work yang ditulis menjelang akhir tahun 1077 M. buku tersebut dibagi menjadi tiga jilid, dimana buku yang pertama membahas garis-garis parallel, dan buku yang kedua tentang konsep rasio dan proporsionalitas, lalu buku ketiga membahas tentang penggabungan rasio-rasio. Salah seorang rekan dan muridnya yang juga bekerja di Merv bersama Kayyam juga menjadi ilmuwan terkemuka di zaman itu yang menulis Kitab Mizan Al-Hikma, atau Book of the Balance of Wisdom. Buku ini adalah sebuah ensiklopedia tentang ilmu mekanik dan hidrostatik jaman pertengahan, termasuk ulasan-ulasannya mengenai akademisi jaman sebelumnya dari Euclid dan Arcimedes sampai Al-Biruni dan Umar Kayyam.[7]
Penemuan mesin otomatis yang dikembangkan di dunia Islam juga mencapai titik paling menarik adalah dalam karya Badi-Al-Zaman Abu’l Izz Ismail Abnu al Razzaz al-Jazari The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices. Buku ini diterjemahkan dan diterbitkan oleh Donald R Hill pada tahun 1974. Al-Jazari sendiri menyebutkan bahwa bukunya menjelaskan mengenai limapuluh alat, yang disebutnya spesimen, dimana masing-masingnya dimuat dalam satu bab sendiri-sendiri. Bab-bab ini dibagi ke dalam enam kategori. Buku tersebut memiliki 173 ilustrasi yang beragam dari sketsa kasar sampai gambar-gambar mekanis dan miniaturnya. Judul-judul bagian di dalamnya mencerminkan isi bahasannya seperti “Tentang Pembuatan Bejana dan Patung-Patung yang Cocok untuk Acara Jamuan” atau “Tentang pembuatan Bejana dan baskom dan Benda-benda Lainnya untuk Mencuci Tangan dan Plebhotomy (pengambilan sampel darah)”; “Tentang Pembuatan Kolam Air Mancur”; “Tentang pembuatan seruling”; “Tentang Pembuatan Mesin untuk Menaikkan Air dari Kolam, dan Dari Sumur yang tidak dalam dan dari Sungai Yang Mengalir” atau “Tentang Pembuatan Macam-macam Alat”. Juga ada yang paling menarik di bab tiga mengenai “Pembuatan Gembok untuk mengunci peti dengan bantuan 12 huruf alfabetis.[8]”Untuk bahasan terakhir Al-Jazari ini dianggap sebagai versi awal kunci kombinasi yang pertama kali muncul di inggris awal abad ketujuh belas jelas Donald R Hill[9].
Alat lain yang diciptakan dan dituliskan cara pembuatannya adalah yang ada di bab V buku tersebut mengenai pengoperasian sebuah alat otomatis yang mungkin dianggap sebagai jam alarm pertama dunia. Alat itu berbentuk sebuah perahu kuningan, di mana di tengah-tengahnya terdapat patung seorang pelaut yang berdiri sambal memegang dayung di tangan kirinya sementara tangan kanannya mendekatkan sebuah seruling di bibirnya. Sebuah lubang di dasar kapal memungkinkan air bocor masuk ke kapal sehingga tepat dalam waktu satu jam kapal akan terendam sampai titik dimana seruling sang pelaut mengeluarkan bunyi siulan nyaring.[10]Menurut John Freely, sejumlah temuannya kemudian muncul Kembali di barat, termasuk katup kerucut buatannya yang disebutkan Leonardo davinci dan dipatenkan di Inggris di tahun 1784, lebih dari lima abad kemudian setelah dibuat oleh Al-Jazari sebagai bagian dari salah satu alat-alat mekanis buatannya yang serba guna.[11]
Beriringan dengan itu, ilmu kimia berkembang dengan sangat pesat di dunia Islam. Atau disebut juga alkemi. Minat ilmuwan muslim terhadap pengembangan alkhemi diceritakan bermula Ketika khalifah Al-Mansur mengutus menterinya, Umara ke konstantinopel. Sekembalinya dia melaporkan jika kaisar Konstantinopel bisa mengubah timah dan tembaga menjadi perak dan emas dengan mencampurkannya dengan bubuk al-eksir. Kisah ini membuat Al-Mansur memerintahkan penerjemahan buku-buku alkemi dari Bahasa Yunani.[12] Dunia Islam memiliki banyak ahli kimia seperti yang terkemuka ada Jabir atau Ar-Razi. Jabir misalnya telah mengklasifikasi bahan yang ditangani oleh bidang alkhemi. Yakni 1). Spiritus yang sepenuhnya menguap jadi api; 2). “benda logam” yang dapat ditempa, berkilat, menghasilkan suara dan tidak “bisu” seperti “spirtus” dan “benda”; 3). “Benda” (Bahan Mineral) yang tak dapat ditempa tapi dapat diserbukkan. Lebih lanjut “spirtus” ada lima banyaknya: sulfur, arsenikum, air raksa, amoniak dan kamfer; logam meliputi: timbal, timah, emas, perak, tembaga, besi dan kharsini (besi cina).[13]Bahkan jika kita melihat lebih dalam aktifitas yang berkaitan dengan alkemi seperti peleburan logam, sublimasi, sublimasi air raksa putih, pembuatan soda atau larutan kalsium polisulfida. Teknik distilasi juga dikembangkan untuk mengambil kimiawi tertentu dari sesuatu yang memiliki bau harum. Atau penyulingan berbagai bahan seperti penyulingan minyak zaitun. Pekerjaan-pekerjaan rumit dalam dunia alkhemi ini dikerjakan dengan mudah dan dipergunakan pengetahuannya secara luas oleh masyarakat muslim.
Juga beriringan dengan semua kemajuan itu, di dunia Islam berdiri kampus-kampus ternama yang telah disebutkan dalam artikel sebelumnya sebagai institusi pengembangan pengetahuan, pendalaman dan reproduksinya kepada generasi yang lebih baru. Pusat-pusat pengetahuan di dunia Islam bisa dijumpai di semua kota, baik kota utama maupun kota kecil. Sebagai contoh, di Kairo, kota yang jauh dari Bagdad memiliki perpustakaan ternama yang dikenal dengan darul ilm’ juga sebuah masjid besar yang diberi nama Al-Azhar. Masjid yang dibangun oleh khalifah Al-Mu’izz dan darul ilm oleh Al-Hakam menunjukkan kota ini begitu maju dan menikmati buah dari perkembangan mina tatas ilmu pengetahuan dan filsafat di era tersebut. Masjid besar yang didirikan Al-Mu’izz inilah yang menjadi universitas tertua di Dunia yang didirikan antara tahun 969-972 M. perpustakaan darul ilm memiliki 40 ruangan, koleksinya lebih dari 18.000 manuskrip dengan subjek “sains jaman klasik’, juga pusat penelitian yang menjadi lokasi Pendidikan sekolah tinggi. Perpustakaan ini ketenarannya, Menurut John Freely, hanya dilampaui oleh Bayt Al Hikmah di Bagdad.[14]
Di episode ini, kita bisa menyaksikan bagaimana alkhemi, kedokteran dan ilmu medis lainnya, perpustakaan dan observatorium juga pengembangan ilmu-ilmu teknis bagi kehidupan sehari-hari telah mengisi relung kebudayaan dunia Islam sampai ke titik terjauh dari pusat kota utama Islam. Merentang dari Magribi sampai ke Anatolia. Dari Syiria sampai ke Merv di Samarkand. Suatu lanskap yang sangat luas dan maju, mungkin karena itulah, seorang ilmuwan muslim terkemuka, Seyyed Hossein Nasr dengan sangat yakin mempercayai kelahiran Kembali peradabannya sendiri di masa yang tak lama lagi seperti dikemukakan oleh Giorgio de Santillana dalam kata pengantar buku yang ditulis oleh Nasr berjudul: Sains dan Peradaban di Dalam Islam. Judul yang di dalamnya tersirat dengan kuat hasrat penulisnya untuk segera (Sains dan Peradaban Islam) dikembalikan ke dunia Islam. Akankah segera? Wallahu a’lam bi sawab.