Oleh: Muhammad Ridha
Nampak Gambar Musoleum: Dok Pribadi Muhammad Ridha
Di belakang saya ini, meski tampak seperti masjid, sebenarnya ini musoleum. Di dalamnya berbaring di pemakaman, seorang raja, anak dan cucu tersayangnya. Untuk selamanya.
Dia seorang raja yang taktis dan haus akan peperangan dan penaklukan: menghukum Moskow, menaklukkan Persia, merebut dan menawan khalifah Utsmaniah, menaklukkan Afganistan hingga menghukum Delhi. Namanya disebut dalam sejarah bermacam-macam: di barat disebut Tamerlane, di Persia dan Afganistan disebut Timur I Lang, di kampung halamannya di Uzbekistan disebut sebagai Amir Temur atau Timur Leng. Atau Timur Lame. Atau Temur.
Ini adalah musoleum Amir Temur. Di sini dia dimakamkan. Di sisi pertama sering ditempatkan sebagai seorang antagonis dalam sejarah Islam. Dia bengis, menghancurkan, menaklukkan dengan kejam, menjadi kabar buruk bagi musuh-musuh dan bahkan masyarakat umum tempat dia akan datang menyerbu: di Persia, di Anatolia, Afganistan atau Delhi. Kota-kota dihancurkannya dan orang-orang dibunuh dengan pengecualian beberapa ahli yang diperlakukan dengan hormat dan dibawa ke Samarkand.
Di sisi kedua, dia seorang raja yang tegas, kuat, penyayang keluarga, pelindung ulama dan ilmuwan juga penumbuh peradaban di ceruk kecil di Asia Tengah yang kini, di masa depan ini, masih harus tunduk takjub pada kota-kota warisan dinasti timurid yang megah tak alang kepalang, yang canggih dan presisi secara arsitektural, yang indah dipandang.
Tak ada kota abad tengah mungkin yang menggunakan lebih banyak batu bata tanah liat yang dibakar bersama keramik biru Persia kecuali di kota-kota dinasti timurid: di Samarkand, Bukhara, Kiva atau Tashkent atau Kurasan atau kota-kota lain di Asia tengah dalam skala yang lebih kecil. Kota-kota Islam di Turki, Persia atau di Arab hingga Magrib tak sebesar dan semegah warisan timurid.
Terlepas dari seluruh kenangan kebengisan raja pendirinya, Timur Leng, dinasti timurid mewariskan ilmu pengetahuan, sains, seni arsitektural, seni rupa dan tata kota serta desain pembangunan musoleum dan taman pemakaman. Mereka juga membangun ratusan madrasah dan masjid di jalur-jalur perdagangan yang menghubungkan Cina dan Eropa di Asia Tengah.
Masjid-masjid, musoleum dan madrasah serta minaret masih berdiri kokoh saat ini. Sebagian telah mengalami restorasi, sebagian lainnya perawatan umum bangunan warisan budaya. Berada di antaranya seperti berada di dalam kisah-kisah seribu satu malam yang salah satu kota latar utama kisahnya adalah Samarkand. Berada di antara Bibi Hanum, ichan Kala, Amir Temur Musoleum, Mir Arab Madrasah, Ulug Begh Madrasah atau bangunan-bangunan megah menjulang berkilauan keramik Persia, hanya ada perasaan takjub.
Untuk mengulang perasaan takjub itu, untuk mencoba menelusurinya lebih jauh, untuk menyentuhnya secara lebih dekat, kami akan bepergian ke tempat ini lagi. Mengenang kembali kebudayaan dan sains Islam di Asia Tengah bersama seluruh keluarga kecil kami: istri dan anak-anak (Laila, Jose dan Rifqah).
Yang berbeda dari perjalanan saya sebelumnya ke sini, adalah saat ini saya berkunjung ketika umat muslim memasuki bulan puasa. Hal ini menjadi lebih spesial lagi. Kami akan merasakan berpuasa di negeri empat musim, juga akan mengamati bagaimana orang-orang berpuasa di sini.
Besok akan kami mulai dengan terbang ke Kuala Lumpur lalu menuju Almaty. Dari Almaty barulah melihat-lihat jalur berkeliling Asia tengah. Semoga perjalanan ini lancar dan berkah. Semoga semua sehat, selamat dan tentu saja bahagia***
Muhammad Ridha Merupakan Ketua Prodi Studi Agama-Agama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar