Dua Dekade Kehancuran, Dua Dekade Lenyapnya Kisah Seribu Satu Malam

Oleh: Muhammad Ridha

“Cahaya tak akan bersinar lagi di sini”

Jabbar Muhabbis

(Penyair Irak, meratap atas kehancuran kebudayaan Irak setelah serangan tahun 2003)

Tersebutlah kisah dua orang raja bersaudara. Yang satu memimpin di wilayah Persia bernama Syah Rayar. Sang adik memerintah wilayah di Samarkand. Pada suatu Ketika, saat telah begitu lama tak berjumpa, sang kakak begitu rindu ingin bertemu adiknya, Syah Zaman. Karena itu, diutuslah wazir untuk pergi menemui adiknya di Samarkand untuk menyampaikan kerinduan dan maksud sang kakak mengundangnya ke istananya di Persia. Lalu, singkat cerita, wazir diterima dan berangkatlah sang adik untuk menemui kakaknya. Tapi ada sesuatu yang terlupakan hingga sang adik balik ke istananya dan menemukan perbuatan keji istrinya yang berselingkuh bersama budaknya. Istri yang sangat dicintainya, yang merupakan sepupunya sendiri itu telah melukainya. Dengan pedang dia tebas keduanya lalu pergi kembali ke dalam rombongan. Tapi sejak saat itu dia menjadi lemas dan kulitnya seperti menguning menanggung beban di dalam dada.

Sesampai di istana sang kakak, dia yang terus lesu karena memikirkan perbuatan keji istrinya, terus menyembunyikan kepedihannya dari kata-kata. Tapi badannya terus menyusut. Kulitnya makin menguning.

Syah Rayar: “Apakah gerangan yang membuatmu kelelahan dan sakit menguning seperti ini adikku?”

Syah Zaman: “saya hanya menanggung kelelahan karena perjalanan yang teramat jauh dari istanaku di Samarkand..”

Syah Rayar: “Adikku, untuk menghiburmu dan semoga juga akan menyembuhkan sakitmu, saya ingin mengajakmu berburu…. Semoga saat pulang, karena kegembiraan hatimu, kau menjadi lebih baik.”

Syah Zaman: “kau bolehkan saya menikmati istanamu yang luas dan megah ini beberapa saat sampai kau Kembali dari berburu akan membuat saya pulih. Saya mungkin butuh sedikit istirahat.”

Syah Rayar: “Baiklah…”

Lalu ditinggallah sang adik untuk beristirahat. Dan sang kakak berangkat untuk berburu. Tapi sepeninggal sang kakak, sambal berjalan-jalan di sekitar istana, dia menyaksikan kakak iparnya, istri sang kakak berbuat keji dengan para budak kulit hitan dan selirnya. Lalu dalam hati sang adik befikir betapa kecil derita yang dia tanggungkan. Bagaimana dengan kakaknya yang begitu masyur dengan kekuasaan yang luas tapi istrinya berkelakuan keji seperti itu. Andai saja kakaknya tahu dia pasti akan sangat sedih. Sejak peristiwa itu, sang adik menjadi lebih segar. Mulai makan yang lahap. Dan pulih seperti sedia kala. Dan sang kakak pun menanyakan apa yang bisa membuatnya pulih dan apa yang sungguh membuatnya sakit saat datang. Dijawabnya apa yang membuatnya sakit. Tapi tidak ingin dijawabnya apa yang membuat sakitnya menjadi ringan dan sembuh seperti saat ini. Hanya karena desakan dari sang kakak akhirnya diceritakanlah peristiwa yang dilihatnya sampai sang kakak mengujinya sendiri dengan mengulangi pergi berburu sambal mengendap-endap Kembali ke istananya demi menyaksikan apa yang benar diceritakan oleh sang adik. Dan benar. Kejadian itu membuat sang kakak begitu marah dan menebas semuanya menjadi empat potong. Lalu ditumpuknya. Lalu ditinggalkan pergi oleh keduanya.

Sejak saat itu mereka tidak mau mempercayai perempuan. Baginya setiap perempuan sesungguhnya taka da yang setia. Sampai suatu waktu dalampelariannya meninggalkan istananya untuk mengembara, dia bertemu dengan jin ifrit dan istrinya yang cantik. Karena ketakutan, dia pun bersembunyi di atas pohon. Saat jin ifrit tidur di atas pangkuan sang istri, sang istri menggeser pangkuannya dan memanggil kedua raja ini turun. Dan memperlihatkan cincin emas dan perak dari setiap lelaki yang pernah bercumbu dengannya. Saat dibiarkan pergi Ketika telah menyerahkan cincinnya kepada perempuan itu, dia pun berlari dan memutuskan untuk kem bali ke istananya menjadi raja dan memutuskan untuk tidak akan pernah percaya pada perempuan yang mejadi istrinya. Maka diputuskan setiap hari dia akan menikah dengan seorang perempuan dan keesokan harinya, sang istri akan dibunuhnya. Dia benar-benar tak percaya perempuan dari pengalamannya berdua dan pengalamannya bertemu dengan istri jin ifrit yang juga berselingkuh.

Baca juga:  Kemunduran Sains Islam dan Hal Yang Masih Dipertanyakan

Maka sang raja hidup dengan keputusan setiap pagi saat matahari terbit, istri yang baru dinikahinya kemarin akan dibunuhnya. Maka wazir agung, yang kerepotan, dirundung kesedihan, karena harus mencari perempuan demi perempuan yang akan dikurbankan menjadi istri raja tapi harus dibunuh keesokan harinya. Lalu peristiwa mengguncang dalam keluarga sang wazir pecah. Sang anak gadisnya, Syahrazad, menawarkan diri untuk menjadi istri dari sang raja yang hatinya terluka. Sang ayah marah dan tidak membolehkan. Tapi sang anak tetap kukuh ingin dinikahkan dengan sang raja. Anak gadis yang telah membaca banyak kisah, mengerti kebijaksanaan dari filsafat yang dibacanya ini akhirnya diizinkan untuk menikah. Dengan membawa adiknya, Dinarzad.

Sesampainya di istana raja dan masuk ke bilik sang raja, Syahrazad meminta agar adiknya ikut masuk untuk memberinya pesan perpisahan besok saat harus berpisah. Sang raja membolehkannya. Sang adik, saat tengah malam seperti yang diminta kakak kepadanya, meminta untuk diceritakan kisah. Maka sang kakak meminta izin kepada sang raja untuk bercerita kepada adiknya Dinarzad dan sang raja yang sudah terjaga. Dengan kemampuan berceritanya, dia seperti mengulur alur, membuat plot semakin menarik, hingga akhirnya pagi telah menjelang tanpa terasa. Tapi kisah belum selesai. Atau kisah ini seperti memiliki lanjutannya yang akan lebih seru dan menarik.

Karena waktu telah pagi. Dinarzad menanggapi kisah kakaknya yang menarik. Dia bilang: “kisahnya sangat menarik. Tapi akan lebih menarik lagi jika kisah lanjutannya bisa diceritakan”. Sang kakak dengan rendah hati dan agak ketakutan memohon petunjuk kepada raja “seandainya raja berkenan saya akan ceritakan kisah berikutnya”. Sang raja yang menikmati narasi, alur, plot yang disampaikan Syahrazad menyetujuinya. Dan pada malam hari, diceritakanlah kisah berikutnya yang hampir tak selesai, lalu ditanyakanlah seterusnya sampai seribu satu malam telah lewat oleh kisah-kisah menakjubkan yang membuat hati yang terluka sang raja tersentuh dan sembuh. Anak telah lahir. Dan janji membunuh istri setiap malam telah tertimbun oleh kisah-kisah manusiawi, yang gaib, yang lucu, yang meneguhkan hati, meluncur dari mulut perempuan yang merupakan istrinya.

Sampai pada akhirnya di kisah yang keseribu satu telah selesai, istri berdiri dari posisi duduknya saat bercerita dalam kisah terakhir tentang Ma’ruf si tukang sepatu dan istrinya Dung Fatima.

Syahrazad: (sambal berlutut di hadapan suaminya) “Suamiku aku telah menghiburmu dengan baik selama 1001 malam. Sekarang aku ingin meminta sesuatu darimu.

Syah Rayar: “Apa saja…”

Syahrazad: Anak-anak ini, anak-anakmu, tidak ada orang lain yang bisa membesarkan mereka dengan penuh kasih saying seperti aku. Kumohon..!”

Syah Rayar meletakkan jari di bibir Syahrazad untuk mendiamkannya. Lalu berkata:

“Istriku, kau tidak hanya menghiburku selama ini, kau telah mendidikku, mengisi pikiran dan jiwaku. Kau telah merawat jiwaku. Terimakasih. Aku menghargaimu, cinta dalam hidupku. Mari kita hadapi masa depan bersama-sama, sekarang dan selamanya”

***

Begitulah pada akhirnya kisah Panjang seperti tak berkesudahan dan seperti ingin terus mendengar kisah serialnya ini. Berakhir begitu Bahagia karena keuletan dan kebaikan maksud sang istri. Juga kebaikan dan kehalusan budi sang raja yang telah disentuh sedemikian rupa. Mungkin, kisah-kisah ini berharap, kita semua akan menemui cerita dan akhir cerita seperti Syah Rayar dan Syahrazad.

Kisah di atas adalah plot dari kisah seribu satu malam yang dituliskan secara ringkas oleh Donna Jo Napoli dan diterbitkan oleh National Geographic pada tahun 2017 berjudul “Kisah 1001 Malam Cerita Tentang petualangan, Sihir, Cinta dan Penghianatan” sebagai ringkasan dari kisah seri satu malam yang diasjikan untuk pembaca anak-anak dan remaja yang disertai gambar dan ilustrasi dari Cristina Balit. Edisi ini adalah edisi kesekian terjemahan ke Bahasa inggris lalu ke Bahasa lainnya dari kisah warisan kemajuan sastra dan kebudayaan Islam ini. Kisah ini sudah berabad-abad mengharu beri Eropa. Memberi satu kisah yang mengajarkan ketabahan, menceritakan kelucuan, kesederhanaan, kelicikan dalam kisah-kisah berlapis-lapis dalam bingkai kisah seribu satu malam.

Baca juga:  Revolusi Iran Sebagai Revolusi Demokratik

Di dunia islam sendiri kisah ini dikenal dengan Alf Laila Wa Laila. Suatu kisah yang dituliskan dari cerita oral di masyarakat muslim yang luas di antara Afrika Utara Sampai India, di sekitar Persia, Arab, Asia Tengah dan Turki serta Suriah. Kisahnya dari berbagai tempat dan latar di dunia Islam. Semacam Folklore yang hidup dalam kebudayaan islam dan diperkirakan ditulis di sekitar kepemimpinan Sultan Harun Al-Rasyid di masa daulah Abbasiyah di Bagdad. Kisah ini pertama kali ditulis oleh Al-Jahsyiyari (Wafat 942 M) berdasarkan kumpulan cerita Hazar Afsama dalam Bahasa Persia yang aslinya sebenarnya sadurah cerita dari sastra India. Al-Jahsyiyari menambahkan dengan berbagai cerita Arab, Yahudi dan mengubahnya menjadi satu paduan yang indah dan serasi.[1]

Menurut S.I. Poeradisastra, seorang sejarawan aktifis PKI yang menulis buku Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern (2008), kisah Alf Laila Wa Lailadiperkirakan sudah mencapai Eropa di Abad ke-10. Sebab di abad yang sama dia telah sampai di Levant, Asia Barat Daya. “Kira-kira pada tahun 1450 telah mencapai versi terakhir seperti yang dikenal sekarang. Terjemahan pertama dilakukan oleh Antonio Galland (1647-1715) ke dalam Bahasa Prancis dan terbit di Paris pada tahun 1704-1717 dalam 15 jilid. Terjemahan kedua dilakukan oleh R. Heron (4 Jilid, 1792) W Beloe (4 Jilid, 1975) dan yang lain. Pada tahun 1840, E. W. Lane menerbitkan terjemahan yang sama sekali baru berupa tiga jilid yang diterjemahkan dari edisi arab terakhir (Al-Qahirah, 1835); terjemahan John Payne terbit dalam 4 jilid pada tahun 1882-1884”[2].

Terjemahan Sir Richard Burton terbit pada tahun 1885. Dia adalah penerjemah dari kisah seribu satu malam terlengkap. Dia menerjemahkan kisah seribu satu malam menjadi“Arabian Night[3]. Dia menerbitkan beberapa versi kisah seribu satu malam. Hal ini dimungkinkan karena kisah seribu satu malam adalah kisah yang berlapis-lapis yang bisa diceritakan sebagai sebuah serial tapi juga bisa diceritakan berdiri sendiri sebagai kisah-kisah independent. Jadi kisah seribu satu malam ini, seperti kata Donna Jo Napoli, penulis National Geographic adalah “cerita di dalam cerita di dalam cerita di dalam cerita yang besar.”[4]

Setelah kisah seribu satu malam menyebar ke Eropa dan diterbitkan ke sejumlah Bahasa Utama di sana, kisah-kisah di dalamnya seperti kisah Aladin dan Lampu Ajaib, Kisah Sinbad si Pelaut, Ali Baba dan Empat Puluh Penyamun, Pencuri dari Bagdad dan lain-lain telah dijadikan film, drama dan lagu. Nikolay Andreyvitsy (1844-1908), seorang komponis dari Rusia, menggubah symphonic suite Scheherezadeberdasarkan Alfu Laila Wa Laila.[5]Hingga kini, Alf Laila Wa Laila mengharu biru budaya popular, dunia susastra dan film di Eropa.

***

Saya baru di tahun pertama kuliah di perguruan tinggi ketika koran memasang headlineserangan Amerika Serikat terhadap Irak dan hari-hari berikutnya baik di halaman depan maupun di ulasan berita internasional, perang Iraq selalu hadir. Saya yang tinggal kurang lebih sepuluhribu kilometer dari Irak, di negeri muslim yang jauh, tak benar-benar merasakan pedihnya serangan brutal yang menghancurkan begitu banyak situs kebudayaan dan warisan kebudayaan manusia yang telah dijaga turun-temurun di sana. Tapi foto-foto yang dipajang oleh koran tersebut benar-benar membawa saya pada suasana kemuraman.

Seingat saya, sebuah liputan menceritakan serangan pertama dilakukan oleh imperialis Amerika dan koalisinya adalah serangan terhadap Perpustakaan Nasional Irak. Di koran harian Republika yang berpusat di Jakarta yang saya baca Ketika itu memang berhaluan islamis dan memberikan perhatian lebih besar kepada serangan kepada kaum muslim dan kebudayaan serta kedaulatan nasionalnya yang seolah tiada arti di hadapan teknologi dan persenjataan militer imperialism Amerika dan sekutunya.

Serangan atas Irak tepat 20 tahun pada maret tahun ini. Serrangan pertama diluncurkan pada 20 maret dan hanya butuh waktu beberapa hari hingga pada April tentara Amerika dan sekutunya telah menguasai Bagdad dan selanjutnya kota-kota lainnya ikut dikuasai dan pemimpin Irak, orang yang paling dicari oleh koalisi imperialis ini ditangkap dan dihukum gantung.

Baca juga:  Dunia yang Dilingkari Buku-buku

Alasan serangannya karena menganggap Irak sedang membuat senjata pemusnah massal. Yang hanya setahun setelah serangan brutal dan tak berimbang itu usai dan tim investigasi dikirim, dia menemukan fakta bahwa apa yang dituduhkan tak benar. Tak ada senjata pemusnah massal di Irak, tapi serangan sudah selesai, kehancuran sudah tak terbendung dan menjalar ke mana-mana menjadikan Bagdad dan Irak keseluruhan muncur sampai beberapa ratus tahun ke belakang.

Bagaimana dengan kerusakan di sana? Fernando Baez yang berada di Irak pada 10 Mei, sekitar sebulan lebih dari awal serangan, mengakui kerusakan Perpustakaan Nasional Irak rusak Parah. Gedung 10.000 meterpersegi berlantai tiga ini rusak parah karena serangan dan karena penjarahan yang dibiarkan oleh unit-unit militer yang seharusnya menjaga warisan-warisan kebudayaan sesuai aturan Unesco. Dr. Taher Khalaf Jabur Al-Bakaa, yang bekerja di pemerintahan interim Irak pada 2004, dalam pameran buku Frankfurt mengatakan bahwa 17.000 karya telah musnah. Lebih pesimis lagi, Kamal Jawad Aashur mengatakan separuh buku dicuri dan separuh sisanya dibakar[6].

Serangan yang berlebihan dari imperialis Amerika dan sekutunya yang menghancurkan semua rezim yang dianggap melawan kepentingannya, seperti di Irak dalam hal ini, Tunisia, Libya, Mesir era Nasser, atau Soekarno di Indonesia. Dalam hal di Irak, dia membenci pemerintahan partai Baatsyang berhaluan komunis yang saat itu dipimpin oleh Saddam Husain. Karena itulah, berbagai alasan diajukan untuk bisa menyerang dan meruntuhkan kekuasaan penentangnya. Dan hasilnya?

Selain Irak hancur lebur, bukti-bukti arkeologis penting di banyak situs penggalian hancur, buku-buku hancur dibakar dan dijarah, seluruh sisa kebudayaan umat manusia tak bersisa. “Benda arkeologis sejumlah 14.000 objek hilang dan 25 objek sangat penting”, kata sebuah berita di April tahun 2003. “Di Irak ada ratusan situs yang diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia. Ada Niniwe, tempat Asurbanippal memerintah; Uruk tempat ditemukannya tanda-tanda pertama pemakaian tulisan; Asur, ibukota kerajaan Assiria, juga Hatra dan Babilonia” demikian tulis Baez. Jadi pasca serangan imperialis itu, bukan hanya irak sebagai negara dan bangsa yang hancur, tapi seluruh bangunan kebudayaan ikut musnah sebab disanalah seluruh situs di sekitar Mesopotamia, tempat peradaban awal umat manusia berada. Dan di sanalah juga, imperialis menghancurkan seluruh puing sisa-sisanya.

Yang terparah, bahwa naskah edisi-edisi awal dari abad pertengahan dari buku kisah seribu satu malam, Alf Laila Wa Lailadipastikan hilang[7]. Suatu dokumen kebudayaan yang amat penting yang selama ini dijaga oleh pemerintahan Irak, yang dituduh anti demokrasi, otoriter dan hendak membuat senjata pemusnah massal yang dapat membahayakan, sembari rudal, misil, pelontar, tank dan pesawatnya terus menggempur menghancurkan sisa-sisa kebudayaan agung masa lalu. Meski terjemahan Alf Laila Wa Lailasudah menyebar jauh, menyeberang melintas waktu, tapi naskah edisi-edisi asli itu menjadi dokumen tak ternilai yang memberi gambaran pertumbuhan adab dan kehalusan budi kemanusiaan kita.

Mengingat perang Irak tahun 2003 sama seperti mengingat dua decade terlepasnya kisah-kisah seribu satu malam dari tangan kita. Wallahu A’lam Bi Sawab.

Daftar Pustaka

[1]S.I. Poeradisastra Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern(Depok: Komunitas Bambu; 2008) Hal. 122

[2]Ibid. 122-123

[3]Sir Richard Burton Kisah Seribu Satu Malam Arabian Night(Jakarta Selatan: Rene Book, 2018)

[4]Donna Jo Napoli Kisah 1001 Malam Cerita Tentang Petualangan, Sihir, CInta dan Penghianatan(Jakarta: KPG dan National Geographic) Hal. 2

[5]S. I. PoeradisastraSumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern(Depok: Komunitas Bambu;2008) Hal. 122

[6]Fernando Baez Penghancuran Buku dari Masa ke Masa(Jakarta: Marjin Kiri, 2013) hal. 305

[7]Ibid. Hal. 310. Di sini juga ditunjukkan data-data naskah-naskah kuno apa saja yang hilang saat serangan irak dan fase penjarahan setelahnya.

0%